Masjid Pathok Negoro Benteng Spiritual Islam Keraton Yogyakarta

Masjid Pathok Negoro; Benteng spiritual Islam Keraton Yogyakarta

Masjid Pathok Negoro atau masjid Sulthani Plosokuning merupakan salah satu masjid yang memiliki nilai historis dan kebudayaan di Keraton Yogyakarta. Sejarah panjang pembangunan masjid tersebut tidak dapat dilepaskan dari para tokoh penyebar syiar Islam di Tanah Jawa, masjid ini tercatat sebagai salah satu cagar budaya yang dilestarikan di Yogyakarta.

Menurut kisahnya, masjid ini didirikan oleh Kyai Mursodo yang berasal dari Mlangi, Kayai mursodo sendiri merupakan putra dari Kyai Nur Iman yang masih memiliki hubungan kerabat dengan Sri Sultan Hamengkubuwono I. Pada awal pendirianya selain sebagai tempat beribadah, masjid ini berfungsi sebagai benteng pertahanan sekaligus benteng spiritual keraton yogyakarta dalam upaya menjaga kedaulatan wilayah. Masjid Pathok Negara didirikan pada tahun 1757-1758 diatas tanah keraton, pendiriannya berlangsung tepat setelah Masjid Gedhe Kauman, hal ini yang kemudian menjadikan Masjid Ploso Kuning memiliki kemiripan secara arsitektur dengan Masjid Gedhe Kauman.

Nama Plosokuning sendiri dipilih karena tak jauh dari bangunan masjid tersebut tumbuh Pohon Ploso yang kebanyakan daunnya berwarna kuning, dari hal tersebut nama  Plosokuning muncul. Semantara, nama Pathok Negoro mengacu pada peran dan fungsi imam besar masjid pada waktu itu yang juga mengemban tugas sebagai penasihat kerajaan atau lebih dikenal dengan istilah Pathok Negoro. Keunikan lain yang dimiliki oleh masjid ini adalah kesemua petugas dan penyelenggara peribadatan dijalankan oleh abdi dalem Keraton Yogyakarta.

Jika dilihat lebih detail, konstruksi bangunan masjid pathok negoro masih memegang gaya arsitektur pra islam, hal tersebut dapat dilihat dari bangunan utama masjid yang berbentuk joglo dan rangka bangun atap yang berbentuk tajuk dengan tumpang dua yang diatasnya terdapat ornamen mahkota gada bersulur. Secara filosofis tajuk tingkat dua pada atap menggambarkan kedudukan masjid yang masih berada dibawah Masjid utama keraton yogyakarta, yakni Masjid gedhe kauman. Di area selatan masjid ini juga terdapat sebuah sumur yang dulunya menjadi pesanggrahan Pangeran Mangkubumi atau lebih dikenal sebagai sultan hamengkubuwono I. Ciri khas lain yang terdapat pada masjid ini adalah adanya kolam yang mengelilingi masjid, kolam ini berfungsi sebagai sarana kebersihan dan kesucian sebelum menjalankan ibadah. Pada bagian pintu gerbang masjid terdapat 14 anak tangga yang terbagi dalam tiga bagian, masing masing bagian tersebut berjumlah tiga, lima dan enam, kesemua bagian tersebut menyiratkan nilai filosofis islam yaitu islam, iman, ikhsan serta rukun iman dan rukun islam.

Hingga hari ini masjid plosokuning masih rutin menjalankan kegiatan kegiatan keagamaan dan terbuka untuk umum,pada momen tertentu kegiatan keagamaan juga diikuti oleh keluarga keraton Yogyakarta, seperti tradisi Bukhorenan yang diselenggarakan untuk mengkaji nilai nilai yang terkandung dalam ucapan dan perbuatan Rasullullah berdasarkan hadist hadist sahih bukhari.

Sebagai salah satu tempat yang memiliki nilai historis dalam penyebaran islam, tempat ini wajib dikunjungi jika ingin melihat bagaimana nilai islam diajarkan di yogyakarta. Selain itu, kita juga bisa belajar tatanan kearifan lokal islam dan jawa yang melekat dalam keseharian umat islam di yogyakarta.

Komentar